Bovine ephemeral fever (BEF) adalah salah satu penyakit yang paling banyak menyerang ternak ruminansia khususnya sapi. Kasus BEF Di Indonesia penyakit ini juga disebut sebagai penyakit demam tiga hari. BEF disebabkan oleh virus RNA beruntai tunggal (ssRNA) sense-negatif genus Ephemerovirus yang termasuk famili Rhabdoviridae berukuran 70 – 145 mn. Virus ini optimal pada suhu lingkungan 37◦C dan pada pH 6.0-7.6. virus ini sangat sensitive pada bahan formalin, klorofom dan deoxycholate serta kadar sensitifitas 50% pada larutan ether.
Virus penyebab BEF ini ditularkan oleh vector nyamuk yakni Cullicoides spp, Aedes Vigitax, Culex quinquefasciatus, Culex annulirostris, Anopheline dan Culicine. Nyamuk Aedes sp. Memiliki jarak terbang hingga 1,6 km, sedangkan Culex sp. adalah 2 km dan rata-rata vector nyamuk dapat terbang sekitar 0,5 – 5 km dalam menyebarkan bibit penyakit. Penyakit BEF lebih sering terjadi pada musim hujan untuk daerah tropis. Dapat dikatakan musing tanam didaerah pedesaan juga dapat menjadi indikasi meningkatnya infeksi penyakit ini. Hal tersebut berkaitan dengan kondisi alam yang bagus dalam hal perkembangbiakan vector pembawa. Virus seketika akan melakukan mutiplikasi atau perbanyakan setelah sampai pada membrane ataupun tratorak dari induk semang dan menyebar melalui pembuluh darah.
Viremia (kadar virus tinggi dalam tubuh) pada infeksi BEF adalah sekitar 3 – 5 hari. Ada beberapa tahapan infeksi penyakit BEF yang dapat dikenali. Tahapan pertama adalah kehilangan nafsu makan dan minum (anorexia), demam diatas > 39°C, gemetar (hipertermia), keluar leleran cairan (serous) dari hidung (leleran nasal), lakrimasi dan hipersalivasi. Tahap selanjutnya adalah pembengkakan pada sendi yang dapat mengakibatkan pincang hingga ambruk dan gejala lanjutan dapat diiringi dengan kembung. Infeksi pada sapi yang bunting dapat mengakibatkan kekeguguran serta infeksi pada sapi perah dapat mengakibatkan penurunkan produsi susu.
Pencegahan dan pengobatan kasus BEF dapat dilakukan dengan peningkatan imunitas tubuh ternak, vaksinasi, menjaga sanitasi lingkungan dengan melakukan drainase yang bagus dan kondisi rumput dan semak yang dipotong, melakukan karantina pada pembatasan gerak sapi atau ternak yang terinfeksi. Pengobatan dilakukan pada ternak yang terinfeksi dengan melihat gejala-gejala yang ditimbulkan.